Link Web:
Agenda Kegiatan
Senin,
Selasa,Rabu,Kamis,
Jum'at,
Where am I?
Senin, 29 September 2014
Rapat kordinasi pengawalan regulasi Gula Kristal Putih dan Kunjungan Lapang
Direktorat Mutu dan Stadardisasi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian mengadakan kegiatan Rapat Koordinasi Pengawalan Pemberlakuan Regulasi Teknis Gula Kristal Putih tanggal 25-26 September 2014 di Surabaya. Rapat ini dipimpin oleh Direktur Mutu dan Standardisasi, dihadiri oleh Pimpinan / Direksi / Administratur / Kepala Bagian Pengolahan Pabrik Gula di Indonesia, Dewan Gula Indonesia, dan Pusat Penelitian Perkebunan Indonesia (P3GI). Rapat ini bertujuan dalam rangka sosialisasi dan pengawalan pelaksanaan regulasi Permentan No. 68 Tahun 2013 yaitu tentang Pemberlakuan SNI Gula Kristal Putih secara wajib. Dari data yang diperoleh dari 56 pabrik gula di Indonesia, 66 % PG telah melaksanakan Sistem Jaminan Mutu ISO 9001-2008, 41 % PG telah memperoleh setifikat SNI GKP, dan 46 % sedang dalam proses sertifikasi SNI GKP. Diharapkan sebelum Juni 2015 semua pabrik gula telah melaksanakan sertifikasi SNI GKP, karena dengan diberlakukannya SNI GKP secara wajib, semua produk GKP yang beredar di wilayah Indonesia, baik produksi dalam negeri maupun asal pemasukan wajib bersertifikat SNI.
Kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan lapang ke Pabrik Gula Gempolkrep di Mojokerto, meninjau kesiapan PG dalam menerapkan SNI wajib GKP. Dari hasil kunjungan lapang diperoleh bahwa PG. Gempolkrep telah melaksanakan sertifikasi SNI GKP, dan banyak mendapatkan manfaat dengan meningkatnya kualitas mutu gula kristal putih yang dihasilkan.
Senin, 22 September 2014
Talkshow "Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Kakao melalui Permentan No. 67 Tahun 2014 untuk Meningatkan Kesejahteraan Petani"
Kegiatan ini dibuka
oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan turut dihadiri
oleh Bapak Menteri Pertanian Republik Indonesia serta Gubernur Sulawesi
Selatan. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan berupa:
- talk
show dengan narasumber yang kompeten di bidang perkakaoan;
- penyerahan
permentan 67 tahun 2014 oleh Menteri Pertanian kepada perwakilan pemerintah daerah
sentra kakao sebagai yang simbolis agar permentan tersebut dapat
diimplementasikan di daerah masing-masing serta;
- penandatanganan
kerjasama antara produsen dan pihak industri kakao.
Dalam sambutan
pembukaan Dirjen PPHP menyampaikan bahwa tuntutan mutu dan keamanan pangan
menjadi isu utama dalam era globalisasi perdagangan saat ini yang harus
mendapat perhatian semua pihak agar produk pertanian dapat bertahan di tengah
tingkat persaingan yang semakin tinggi.
Ada tiga hal yang harus mendapat perhatian yaitu pertama peningkatan
daya saing melalui peningkatan produktivitas, pengaturan distribusi, infrastruktur,
perbankan, efisiensi regulasi, dan lain-lain; kedua, pengamanan pasar domestik,
misalnya dengan lebih mencintai produk lokal, serta ketiga, penguatan ekspor
dengan memperhatikan 3K: kualitas, kuantitas dan kontinyuitas.
Komoditas kakao merupakan salah satu andalan sektor pertanian dalam
menghasilkan devisa dan melibatkan banyak tenaga kerja. Meskipun Indonesia
merupakan negara ke-3 penghasil kakao di dunia, namun mutu kakao Indonesia
masih kalah dibandingkan dengan negara-negara pesaing. Berbagai upaya perbaikan mutu kakao telah dilakukan,
namun hasil yang signifikan belum terlihat sehingga kebijakan pemerintah sangat
diperlukan. Melalui Permentan
Nomor 67 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji kakao
diharapkan agar mutu kakao Indonesia dapat meningkat sesuai harapan, dan dalam kesempatan ini pula Dirjen PPHP mengharapkan dukungan dari semua pihak untuk mengawal
keberhasilan permentan tersebut.
Dalam
pertemuan ini, Menteri Pertanian juga menyampaikan keynote speech yang antara lain menyampaikan harapan agar permentan
yang belum lama ini ditandatanganinya dapat dikawal implementasinya terutama
oleh pemerintah daerah sentra kakao, industry, eksportir dan pihak terkait lainnya. Disampaikan bahwa
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah bukan keluar begitu saja namun
melalui tahap yang panjang dengan banyak pertimbangan. Meskipun terasa banyak
hal yang harus dilakukan namun perlu diketahui bahwa dalam jangka panjang upaya
tersebut akan dapat memberi hasil yang maksimal asalkan semua pihak berkomitmen
untuk mengawal implemetasinya.
Acara
ini merupakan satu rangkaian dengan peringatan hari kakao nasional yang jatuh
pada tanggal 16 September dan telah
diperingati pada Hari Minggu tanggal 14 September di kota yang sama yaitu
Makasar. Kegiatan tersebut dikoordinir oleh
Kementerian Koodinator Bidang Perekonomian. Dari peringatan tersebut, Bapak Menteri melihat bahwa kakao telah menjadi komoditas utama bahkan idola pertanian yang banyak mendapat
perhatian
berbagai pihak. Oleh
karena itu Menteri menilai bahwa target Indonesia untuk menjadi negara produsen
utama kakao dunia sudah bukalah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Namun yang diperlukan saat ini adalah dukungan dan
komitmen bersama, baik dari pihak pemerintah, industri, eksportir, asosiasi
perkakaoan dari hulu sampai hilir, serta lembaga penelitian dan pihak terkait
lainnya. Program Gerakan Kakao Nasional
(Gernas) kakao yang sudah dimulai sejak tahun 2009 perlu diteruskan dan
diiringi dengan upaya perbaikan mutu sehingga diharapkan Indonesia dapat
menjadi produsen utama kakao dengan mutu kakao yang terbaik pula tentunya.
Pada acara ini dilakukan talkshow yang menghadirkan narasumber dari
berbagai pihak, yaitu
- Bapak Eri Harianto dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember
- Bapak Ir. Bambang, MM, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi
Tenggara, Ir
- Bapak Soni Satari, Ketua umum Asosiasi Pengusaha Industri Kakao dan
Coklat Indonesia (APIKCI)
- Dr.Ir. Gardjita Budi, M. Agr.
Direktur Mutu dan Standardisasi Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Direktur Mutu dan Standardisasi memaparkan tentang Permentan 67 tahun
2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao, dan narasumber yang
lain menanggapi dan menyampaikan komentar terkait dengan penanganan kakao yang
selama ini mereka geluti. Permentan 67 tahun 2014 berisikan peraturan yang
mengharuskan produsen kakao untuk menghasilkan biji kakao sesuai dengan
persyaratan mutu minimal mutu III SNI 2323: 2008/Adm1.2010 yang salah satu
parameternya adalah harus difermentasi. Pembicara dari APIKCI yang dalam menyambut
baik permentan ini dan menyampaikan dukungan terhadap implementasinya permentan
tersebut. APIKCI menyampaikan bahwa industri kakao di Indonesia telah
berkembang dengan sangat pesat sehingga kebutuhan akan bahan baku yang bermutu
sangat meningkat. Yang dibutuhkan industri sebagai bahan baku adalah biji kakao
yang beraroma karena akan mempengaruhi aroma produk yang dihasilkan. Biji kakao
yang difermentasi akan menghasilkan aroma yang khas berbeda dengan kakao non
fermentasi yang tidak ada aroma kakaonya. Oleh karena itu industri kakao selama
ini melakukan impor biji kakao dari Ghana karena mengharapkan aroma kakaonya.
Berdasarkan sumber informasi dari ICCO, bahwa pemerintah di Ghana sangat keras
dalam mengatur mutu biji kakaonya. Kakao
yang tidak difermentasi tidak bisa begitu saja keluar dari Ghana dan produsen
diarahkan untuk menghasilkan kakao yang difermentasi. Memperhatikan hal ini,
maka melalui permentan ini APIKCI berharap kakao Indonesia bisa difermentasi
sehingga impor kakao bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Dilain pihak, narasumber dari Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang dalam kesempatan ini langsung disampaikan oleh Kepala Dinas Perkebunan
menyampaikan bahwa dukungan pemerintah terhadap kakao ini sudah cukup banyak,
namun kelemahan yang sangat mencolok adalah lemahnya kelembagaan kelompok
sehingga bebagai macam bentuk bantuan yang disampaikan oleh berbagai pihak
tidak dikelolah dalam satu mekanisme dan diberikan kepada kelompok yang
berbeda-beda dan tidak terkoordinasi dengan baik, sehingga hasilnya tidak bisa
maksimal. Berdasarkan pengalaman tersebut, dinas perkebunan provinsi Sulawesi
Tenggara mulai mengembangkan kelembagaan petani yang lebih menyeluruh dimana
bantuan-bantuan dari berbagai lembaga harus melalui lembaga tersebut sehingga
dapat semua bentuk bantuan dari berbagai instansi dapat dipadupadankan sehingga
memperoleh hasil yang maksimal. Pola ini
sudah memberikan hasil yang baik dibeberapa daerah, sehingga dapat meningkatkan
permodalan kelompok yang selama ini selalu menjadi hambatan kemajuan kelompok.
Terkait dengan adanya permentan 67 tahun 2014, pemda Sulawesi Tenggara melihat
bahwa hal ini sangat baik, tapi mungkin perlu diimbangi dengan perbaikan
produktivitas, sehingga pemda Sulawesi Tenggara sangat mengharapkan agar Gernas
kakao tetap dapat dilanjutkan karena berdasarkan hasil gernas yang lalu baru
sekitar 26% dari total lahan kakao yang harus diperbaiki. Kalau kedua hal ini dilakukan secara berbarengan maka akan mendapatkan hasil yang maksimal,
apalagi jika ada dukungan eksportir dan industri. Selama
ini peningkatan mutu sudah
banyak dilakukan namun tidak
memberikan perbedaan harga yang signifikan, sehingga membuat enggan petani untuk
meneruskannya. Oleh karena itu agar permentan ini dapat
berjalan dengan baik maka komitmen eksportir dan industry untuk mendukung permentan ini mutlak diperlukan.
Pada
talkshow ini, narasumber dari puslit Kopi dan Kakao Jember menyampaikan bahwa
peningkatan nilai tambah dan daya saing dapat dilakukan dengan standardisasi
pengolahan, pengolahan secara berkelompok dan pemasaran secara langsung. Kualitas
biji kakao akan menentukan produk coklat yang dihasilkan karena produk
cokelat harganya tergantung pada kualitas dan taste, sehingga kualitas bahan baku signifikan peranannya bagi industri
pengolahan kakao. Dengan permentan 67/2014 ini diharapkan agar biji kakao
Indonesia bisa difermentasi secara sempurna sehingga bisa memberikan aroma dan
cita rasa yang enak.
Syarat untuk menghasilkan kakao yang fermentasi
sempurna memang harus sesuai SOP yang sudah ditetapkan, karena banyak saat ini
yang mengaku sudah fermentasi namun ternyata hasil ujinya tidak sesuai. Hal ini
karena prosedur fermentasi tidak dilakukan secara benar. Mengingat petani kakao Indonesia memiliki
lahan yang terbatas, maka mau tidak mau agar fermentasi bisa dilakukan secara
sempurna maka harus dilakukan secara berkelompok.
Secara umum berdasarkan hasil
diskusi dengan peserta talkshow, peserta mendukung permentan 67/2014 dan
optimis akan bisa berjalan, namun harus dengan komitmen bersama dari pihak
terkait terutama eksportir dan industry. Jika hal ini bisa dilaksanakan, maka
petani sudah tentu akan mau menghasilkan biji kakao bermutu sesuai standar.
Industri juga dituntut untuk memberi perhatian yang lebih kepada petani
pemasoknya, jangan hanya sekedar membeli.
Kelembagaan petani memang menjadi
persoalan mendasar dalam pembinaan petani, oleh karena itu pemerintah diminta
untuk konsen dalam pembinaan kelompok tersebut. Peran swasta melalui pola
kemitraan sangat diperlukan, jangan hanya menjadikan petani sebagai objek
semata.
Pada kesempatan ini Menteri Pertanian juga
menyerahkan secara simbolis permentan 67/2014 kepada perwakilan provinsi sentra
kakoa. Ada 3 provinsi yang mendapat kesempatan yaitu :
- Provinsi
Sulawesi Selatan yang langsung diterima oleh Gubernur Sulawesi Selatan yaitu
Bapak Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, MSi, MH.
- Provinsi
Sulawesi Barat yang diterima oleh Sekda Sulawesi Barat yaitu Bapak Nur Alam
Thahir
-
Provinsi
Sulawesi Tenggara yang diterima oleh Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura
yaitu Bapak Ir. Bambang, MM
Selain penyerahan permentan juga dilakukan
penyerahan secara simbolis bantuan kepada pelaku usaha yang pada tahun 2014 ini
mendapat bantuan dari Kementerian Pertanian.
Kelompok tersebut adalah :
- Lembaga
Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera Silea, Desa Silea Keacamatan Onembute,
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara yang diterima oleh Bapak Syahril
- Gapoktan
Repemmase Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Bapak
H.Lacinding
Kesuksesan Permentan 67/2014
ini sangat tergantung kepada dukungan dari eksportir dan industri. Pola
kemitraan sangat diharapkan agar bisa memeprpendek rantai pemasaran sehingga
harga nilai jual ditingkat petani bisa lebih tinggi. Dalam acara ini Menteri Pertanian juga
menyaksikan penandatanganan Mou antara industri dan gapoktan. Ada dua kemitraan yang mendatanagi Mou yaitu
:
- Gapoktan
Liliriawang, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dengan PT. Bumi
Tangerang Mesindotama, Jawa Barat.
- PT.
Kalla Kakao Industri Jl. Ratulangi No. 8 Makassar dengan Lembaga Ekonomi
Masyarakat (LEM)Kendari Sulawesi Tenggara.
Langganan:
Postingan (Atom)